Sabtu, 26 Mei 2012

Ketika duduk Saja.


Saya duduk sendiri disini. Ditengah kerumunan ramai banyak orang. Memikirkan apa-apa yang mungkin mereka pikirkan, atau tidak mereka pikirkan. Saya hanya berfikir, mencari jawaban atau bahkan pertanyaan. Saya gak tau, atau mungkin bahkan sangat tau. Saya hanya duduk. Dan mendapati saya menikmati semua ini.

Lagi-lagi malam hari, dimana langit malam selalu menghadirkan rasa nyaman sendiri. Seksi. Gelap yang angkuh dan begitu terlihat kuat. Kokoh menaungi banyak peristiwa dibawahnya. Ada jatuh cinta, senang, bahagia, sedih, bingung, galau, hampa, atau bahkan seperti saya : tidak terdefinisikan. Langit senantiasa tetap sama. Hitam, gelap dan gagah diatas kita semua. Menyisakan sejumput pertanyaan : pernahkah langit bereaksi berbeda atas apa yang kita rasakan selama ini? saya rasa tidak.

Didepan saya jalanan macet, mobil-mobil menyalakkan klakson saling saut. Tanda tak sabar pengendaranya, atau penumpangnya. Motor-motor saling tikung mencari jalan di sela-sela macetnya Jakarta malam hari, lebih tepatnya malam minggu. Saya hanya duduk, menikmati ice cream yang sudah mencair dan menyisakan sedikit dingin di gelas cup nya. Menyisakan kenikmatan sendiri ketika mereguknya. Saya masih tetap hanya duduk, di sebuah pinggiran jalan macet dengan sebuah bangku di luar fastfood ternama negeri ini.

Adakah yang menanyakan keberadaan saya?adakah yang tau kegelisahan saya? Adakah yang menangkap dan menyampaikannya pada seseorang lain diluar saya? Adakah manusia yang menyadari kesendirian saya?adakah yang lebih sendiri dari saya disini?adakah yang lebih bahagia dari saya disini? Dengan kesendirian yang independent. Dengan kebahagiaan yang telah mampu saya ciptakan, meskipun sendiri.

Kadang kesendirian ditengah keriuhan memberikan beragam perasaan. Sedih? Mungkin saja, kenapa bisa saya sendiri sementara semua orang yang ada disini berbondong-bondong datang dengan bergandengan tangan. Bahagia? Mungkin saja, kenapa kita harus tak bahagia ketika tanpa perlu bergandengan tangan saya bisa menikmati banyak senyum dan tawa disekitar saya. Bingung? Bisa saja, bagaimana mungkin saya bisa bahagia tanpa saya tau apa sebabnya, bagaimana mungkin perasaan itu muncul begitu saja hanya karena disebabkan oleh keramaian biasa disekitar saya. Mereka semua bukan teman, bukan saudara. Bahkan tak ada sapa, tak ada teguran. Saya hanya duduk, menyaksikan semuanya berjalan bagai laku yang wajar.saya merasa manusia kembali.

Kapan saya menjadi bukan manusia?

Kehidupan senantiasa menjadi begitu berarti ketika kita memiliki seseorang yang kita anggap mampu melengkapi kita. Kadang kita merasa kurang karna tak dicintai atau tak mencintai. Merasa tak bahagia karna dimusuhi ata diacuhkan. Merasa tak beruntung karna tak di anggap dan tak disayang. Padahal kita tau, kebahagiaan bukan ciptaan diluar kita. Itu semua ada didalam hati, dan hati itu tak tersentuh siapapun. Maka kita sendirilah yang mampu menciptakan kebahagiaan. Kenapa kita harus merasa kurang karna tak ada yang melengkapi, padahal kita sendiri tau, bahkan tanpa kita sadari kita telah lengkap sebelum kita lahir. Tak ada satupun yang mampu melengkapi apa-apa yang sudah lengkap.

Saya hanya duduk saja, sementara orang-orang lalu lalang disekitar saya. Sementara mereka begitu sibuk dengan berbagai obrolan ringan maupun beratnya. Namun saya yakin, dari mereka semua yang sibuk berbincang dengan lawan bicaranya, saya justru yang paling banyak mendapat makna meski dengan kesendirian. Saya telah berbincang tanpa lawan bicara. Saya berbincang dengan diri sendiri. Dengan begitu hebohnya.

Saya tak ingin memungut apapun disini.

Dunia memang kecil sangat, bahkan sangat kecil hingga kita tak akan mampu menangkapnya. Lalu untuk apa kita sibuk menguasai dunia, sementara sejak awal kita tau bahwa itu tak mungkin akan terjadi. Bukankah seharusnya kita mencari hal lain yang telah kita pahami benar akan keadaannya. Baiklah, selayaknya saya memang tetap duduk disini. Tanpa perlu banyak bicara.
Sekali lagi, saya hanya duduk disini. Mungkin dengan begini akan ada satu lagi yang bisa saya miliki selain kesendirian, kebahagiaan, kelengkapan dan keberuntungan. Saya akan mendapati satu hal lagi yang tidak akan kalian dapati ketika bergandengan tangan dengan yang lainnya . saya akan mendapatinya sekarang juga : penghargaan akan kesendirian. Saya telah mendapatkannya. Dengan duduk sendiri  disini.

Hidup saya itu kadang lucu, maka tertawa itu cukup. Kadang menyakitkan, maka menangis saja itu sudah pas. Kadang bahagia, maka tersenyum adalah reaksi yang tepat. Namun segala kecukupan, rasa pas, dan ketepatan itu bukan mutlak semata. Ketika kelucuan menyeruak, saya kadang berfikir, apa cukup hanya dengan tertawa. Ketika rasa sakit itu mendadak datang, saya mempertanyakan, apa perlu air mata itu?. Ketika kebahagiaan muncul, saya berpendapat, senyum bahkan tak cukup mengapresiasikannya. Maka saat ini saya hanya duduk, menatap sekeliling. Sambil terus bertanya: apa yang sedang kalian rasakan?

Ramai. Bahkan degup ikut ramai disini, mungkin akan terdengar jika disimak benar.Ramai, bahkan suara hati masih bersahutan ingin merangsek keluar. namun adakah yang mampu mengeluarkan suara hati selain mereka yang lantang dengan keyakinannya. saya ingin berteriak lantang, menembus gendang telinga semua orang.Dan adakah yang mampu selain itu? 

Selasa, 15 Mei 2012

maafin mama ya, nak.

halooooo kawans, lambreta lamborgini ya saya gak menyapa kalian? apakareba semua? semoga selalu dalam keimanan yang baik yah.

saya lagi kangen banget sama anak saya nih. Yudith Airin Puandira. duh, itu bocah lagi lucu-lucunya, lagi cantik-cantiknya dan lagi pinter-pinternya. sering saya pengen lari ketempat dia berada sekarang, tapi itu gak gampang buat saya. dibutuhkan berbagai macam usaha ekstra keras buat melakukan itu.

bukan saya lebay yah. tapi beneran gitu. seandainya aja semua segampang kelihatannya, segampang bilang " mau ketemu anak ya tinggal didaengin aja anaknya " segampang nobita mina apa aja ke doraemon. segampang semua test matematika untuk albert Einstein. segampang mencintai anak tanpa syarat. sayang, semuanya gak segampang itu.

saya inget banget beberapa tahun lalu. anak saya masih kecil ( meskipun sekarang juga masih kecil ) dan saya sedang mencoba survive dengan tinggal terpisah dari orang tua, dengan membawa anak pula. sementara saya sendiri adalah single parents. sehari-harinya saya ajak dia ikut saya kerja. atau saya titipkan di sepupu perempuan saya. kadang dia merengek minta ikut, dan saya terpaksa harus mengajaknya. padahal waktu itu pekerjaan saya itu lapangan banget. saya full ada di jalanan, dan kena angin, debu,panas juga hujan. bisa kalian bayangkan, kalau anak saya ikut, artinya dia pun ikut menerima tempaan itu. entahlah, saya merasa kala itu, kalau saya harus bisa memberi dia hidup yang lebih layak lagi. meski mungkin sebenarnya, keluarga saya pasti mampu menghidupi saya dan anak saya tanpa kekurangan sedikitpun.

saat itu adalah masa terberat saya dalam takaran ekonomi, tapi masa terindah saya secara bathin. saya bener-bener megumpulkan rupiah demi rupiah untuk anak saya. bahkan 500 perakpun saya simpan dengan baik. dalam masa itu, saya tetep berusaha memberikan yang terbaik untuk Airin. makanannya saya jaga bener. dia harus minum susu seperti biasa, dan dia harus bersih setiap hari.Airin tetap saya suplay juice buah murni setiap hari, menu 4 sehat 5 sempurna dan tempat tidur yang layak juga pakaian yang bagus-bagus. bagi saya, cukuplah melihat anak saya tetap segar dan sehat tanpa kekurangan sedikitpun.

pernah suatu malam, saya dan anak saya baru pulang dari tempat kerja saya. anak saya bilang ingin makan nasi goreng. saya melihat isi dompet saya yang bener-bener gak cukup untuk beli seporsi nasi goreng. tapi saya punya temen yang jualan nasi goreng,walo tempatnya agak jauh dari tempat tinggal saya. berdua dengan Airin saya datengin lapak temen saya itu. dan kami pulang dengan membawa seporsi nasi goreng tanpa membayar. sampai di kamar, saya membuka nasi goreng itu, menyuapi airin diatas kasur. dia memakan dengan lahap sambil tersenyum. dengan semangat mengunyah sesuap demi sesuap, sambil terus tersenyum dan berceloteh tentang apapun. saya hanya bisa menatapnya haru, sambil terus menyuapinya, anak sekecil itu, begitu polos dengan hidupnya. saya sungguh tega telah membawanya merasakan pahitnya hidup dalam kesengsaraan.

sekarang saya dan Airin terpisah jarak. setiap saya menelpon nya dia selalu meminta saya datang. tanpa merengek dan memaksa. dia hanya menanyakan kapan dia bisa ketemu saya. tanpa tangisan dan paksaan. tapi justru sikapnya yang tabah menunggu saya datang itu yang menjadikan saya semakin merindukannya. menjadikan saya semakin merasa tidak berguna. dulu kami hidup tanpa materi tapi selalu bersama, sekarang mungkin saya bisa mencukupi kebutuhannya meski tak terlampau banyak tapi kami terpisah. yang mana sebenarnya yang bisa saya lakukan dan pilih sebagai seorang ibu yang mencintai anaknya? yang mana lagi?

saya semakin jarang menelponnya. semakin jarang melihat-lihat fotonya pada fb atau hp saya. semakin jarang menanyakan kabarnya. bukan saya gak peduli, saya takut. rasa rindu itu semakin gak berjarak ketika saya melihat fotonya. semakin saya lihat fotonya ketika rindu, muncul tuntutan lain setelahnya : saya ingin memeluknya. semakin sering saya menelponnya ketika kangen, muncul kebutuhan lain setelah mendengar suaranya : saya ingin bertemu dengannya. akhirnya saya jadi tidak mampu menguasai diri dan terjebak dalam tangisan yang panjang. saya menghindari itu semua, bukan karna tak peduli. tapi karna saya tau saya lemah.

seperti sekarang ini, saya berkali-kali menangis ingat kalimatnya " mama kapan kesini?" dan saya cuma bisa bilang " besok ya" tanpa saya tau kapan saya bisa memenuhi janji itu.

maafin mama ya nak.


Minggu, 06 Mei 2012

dari mana-mana

hai guys. mid night nih. dan kalian pasti udah lagi terbuai keliling dunia dengan karpet terbang aladin atau firebolt nya harry potter. saya ikut merasakan angin yang menerpa wajah kalian, tanpa tau gimana nuansanya bisa sampai ke alam mimpi itu.

apa yang ingin saya ulas kali ini? gak ada. maaf kalo mengecewakan kalian. tapi sungguh saya memang lagi gak pengen bahas apapun kali ini. saya cuma ingin nulis aja. tanpa tema dan tanpa subjek atau objek terfokus. dimulai dari mana-mana. bisa dari saya, sekeliling saya atau bahkan mungkin bisa saja dari kalian. saya sendiri belum tau apa yang akan saya tulis setelah ini.

hidup itu emang perspeksi ya temans. sakitnya, senangnya, kuatnya, lemahnya. semuanya itu cuma perspeksi aja. gimana cara kita memandang, dan menanggapi. selain itu ya semuanya datar-datar aja. sama kayak momentum. dia akan jadi momentum ya saat kejadian itu tengah berlangsung. setelahnya? ya cuma bakal jadi kenangan atau masa lalu, meskipun jelas baru semenit atau bahkan sedetik yang lalu. itulah sebabnya, pergunakan momentum sebaik mungkin. karna penyesalan ada di akhir kan *klise* kalo yang diawal itu namanya pendaftaran.

dalam beberapa hari ini, saya terpaksa melakukan unfollow pada beberapa followers saya. banyak hal yang melandasinya. salah satunya adalah menyelamatkan hati saya sendiri. saya ini mengidap liver akut. saking seringnya sakit hati sampe mungkin udah item kali warnanya. sejujurnya, saya percaya semua itu gak lepas dari apa yang saya lakukan pula. saya gak mungkin sakit hati kalau saya gak mainan hati kan? yeay, artinya lagi, saya emang terlampau sering main pake hati. jadinya ya begitulah. saya bahkan kadang ngerasa terlampau dramatis menilai sesuatu. kadang cuek. entahlah. prinsip, saya ini cuma ingin mengalir. hari dan hidup yang bermuara pada sebuah kewajaran. itu saja.

temans, salah gak sih kalau saya marah karna merasa dipermainkan? ketika saya melakoni satu babak dan menjalani komitmen dengan babak tersebut, kemudian mati-matian menjaga komitmen tersebut hingga hancur-hancuran untuk selanjutnya justru dijadikan kambing hitam. salahkah saya merasa teraniaya ketika tanpa sebab apapun tiba-tiba semua kesalahan berada dipihak saya? sementara saya sendiri gak pernah tau apa yang sebenarnya menjadikan saya terlibat dalam babak ini? salahkan saya kalau kemudian saya berontak dan berteriak lantang bahwa saya tidak ingin diperlakukan seperti itu lagi? apakah salah kalau kemudian saya mencoba untuk membela diri saya sendiri, sementara sebenarnya saya tau bahwa saya tidak perlu melakukan itu karna memang saya tak perlu membela diri atas sengketa yang saya tak tau ujung sebabnya. salahkah saya temans?

waktu, sepertinya senantiasa bersekutu dengan saya untuk selanjutnya berseteru dalam lakon yang kelak akan saya mainkan. saya semakin merasa tidak bernyawa lagi tatkala sebagian waktu saya tersita untuk memikirkan hal-hal diluar diri saya sendiri. saya merasa tak memiliki nyali untuk menjadikan hidup saya sendiri sebuah prioritas.adakalanya, saya bahkan takut untuk bercermin. dimana didepan sana, saya melihat bayangan saya sendiri sedang menyeringai kesakitan atau tertawa terbahak-bahak.

dunia tak akan pernah menunggu. datang atau tidaknya saya, permainan akan tetap berjalan.