Saya duduk
sendiri disini. Ditengah kerumunan ramai banyak orang. Memikirkan apa-apa yang
mungkin mereka pikirkan, atau tidak mereka pikirkan. Saya hanya berfikir,
mencari jawaban atau bahkan pertanyaan. Saya gak tau, atau mungkin bahkan
sangat tau. Saya hanya duduk. Dan mendapati saya menikmati semua ini.
Lagi-lagi
malam hari, dimana langit malam selalu menghadirkan rasa nyaman sendiri. Seksi.
Gelap yang angkuh dan begitu terlihat kuat. Kokoh menaungi banyak peristiwa
dibawahnya. Ada jatuh cinta, senang, bahagia, sedih, bingung, galau, hampa,
atau bahkan seperti saya : tidak terdefinisikan. Langit senantiasa tetap sama. Hitam,
gelap dan gagah diatas kita semua. Menyisakan sejumput pertanyaan : pernahkah
langit bereaksi berbeda atas apa yang kita rasakan selama ini? saya rasa tidak.
Didepan saya
jalanan macet, mobil-mobil menyalakkan klakson saling saut. Tanda tak sabar
pengendaranya, atau penumpangnya. Motor-motor saling tikung mencari jalan di
sela-sela macetnya Jakarta malam hari, lebih tepatnya malam minggu. Saya hanya
duduk, menikmati ice cream yang sudah mencair dan menyisakan sedikit dingin di
gelas cup nya. Menyisakan kenikmatan sendiri ketika mereguknya. Saya masih
tetap hanya duduk, di sebuah pinggiran jalan macet dengan sebuah bangku di luar
fastfood ternama negeri ini.
Adakah yang
menanyakan keberadaan saya?adakah yang tau kegelisahan saya? Adakah yang
menangkap dan menyampaikannya pada seseorang lain diluar saya? Adakah manusia
yang menyadari kesendirian saya?adakah yang lebih sendiri dari saya
disini?adakah yang lebih bahagia dari saya disini? Dengan kesendirian yang
independent. Dengan kebahagiaan yang telah mampu saya ciptakan, meskipun
sendiri.
Kadang kesendirian
ditengah keriuhan memberikan beragam perasaan. Sedih? Mungkin saja, kenapa bisa
saya sendiri sementara semua orang yang ada disini berbondong-bondong datang
dengan bergandengan tangan. Bahagia? Mungkin saja, kenapa kita harus tak
bahagia ketika tanpa perlu bergandengan tangan saya bisa menikmati banyak
senyum dan tawa disekitar saya. Bingung? Bisa saja, bagaimana mungkin saya bisa
bahagia tanpa saya tau apa sebabnya, bagaimana mungkin perasaan itu muncul
begitu saja hanya karena disebabkan oleh keramaian biasa disekitar saya. Mereka
semua bukan teman, bukan saudara. Bahkan tak ada sapa, tak ada teguran. Saya hanya
duduk, menyaksikan semuanya berjalan bagai laku yang wajar.saya merasa manusia
kembali.
Kapan saya
menjadi bukan manusia?
Kehidupan senantiasa
menjadi begitu berarti ketika kita memiliki seseorang yang kita anggap mampu
melengkapi kita. Kadang kita merasa kurang karna tak dicintai atau tak
mencintai. Merasa tak bahagia karna dimusuhi ata diacuhkan. Merasa tak
beruntung karna tak di anggap dan tak disayang. Padahal kita tau, kebahagiaan
bukan ciptaan diluar kita. Itu semua ada didalam hati, dan hati itu tak
tersentuh siapapun. Maka kita sendirilah yang mampu menciptakan kebahagiaan. Kenapa
kita harus merasa kurang karna tak ada yang melengkapi, padahal kita sendiri
tau, bahkan tanpa kita sadari kita telah lengkap sebelum kita lahir. Tak ada
satupun yang mampu melengkapi apa-apa yang sudah lengkap.
Saya hanya
duduk saja, sementara orang-orang lalu lalang disekitar saya. Sementara mereka
begitu sibuk dengan berbagai obrolan ringan maupun beratnya. Namun saya yakin,
dari mereka semua yang sibuk berbincang dengan lawan bicaranya, saya justru
yang paling banyak mendapat makna meski dengan kesendirian. Saya telah
berbincang tanpa lawan bicara. Saya berbincang dengan diri sendiri. Dengan begitu
hebohnya.
Saya tak
ingin memungut apapun disini.
Dunia memang
kecil sangat, bahkan sangat kecil hingga kita tak akan mampu menangkapnya. Lalu
untuk apa kita sibuk menguasai dunia, sementara sejak awal kita tau bahwa itu
tak mungkin akan terjadi. Bukankah seharusnya kita mencari hal lain yang telah
kita pahami benar akan keadaannya. Baiklah, selayaknya saya memang tetap duduk
disini. Tanpa perlu banyak bicara.
Sekali lagi,
saya hanya duduk disini. Mungkin dengan begini akan ada satu lagi yang bisa
saya miliki selain kesendirian, kebahagiaan, kelengkapan dan keberuntungan. Saya
akan mendapati satu hal lagi yang tidak akan kalian dapati ketika bergandengan
tangan dengan yang lainnya . saya akan mendapatinya sekarang juga : penghargaan
akan kesendirian. Saya telah mendapatkannya. Dengan duduk sendiri disini.
Hidup saya
itu kadang lucu, maka tertawa itu cukup. Kadang menyakitkan, maka menangis saja
itu sudah pas. Kadang bahagia, maka tersenyum adalah reaksi yang tepat. Namun segala
kecukupan, rasa pas, dan ketepatan itu bukan mutlak semata. Ketika kelucuan
menyeruak, saya kadang berfikir, apa cukup hanya dengan tertawa. Ketika rasa
sakit itu mendadak datang, saya mempertanyakan, apa perlu air mata itu?. Ketika
kebahagiaan muncul, saya berpendapat, senyum bahkan tak cukup
mengapresiasikannya. Maka saat ini saya hanya duduk, menatap sekeliling. Sambil
terus bertanya: apa yang sedang kalian rasakan?
Ramai. Bahkan degup ikut ramai disini, mungkin akan terdengar jika disimak benar.Ramai, bahkan suara hati masih bersahutan ingin merangsek keluar. namun adakah yang mampu mengeluarkan suara hati selain mereka yang lantang dengan keyakinannya. saya ingin berteriak lantang, menembus gendang telinga semua orang.Dan adakah yang mampu selain itu?