Rabu, 08 Mei 2013

Nyuwun.

Tuhan, Bisakah aku mengadu padamu, Disini?

Ya Tuhan. aku adalah seburuk-buruk manusia. Bagaimana aku tak pernah mampu bersyukur dengan baik pada-Mu. senyatanya, telah kau beri sebegitu banyak hal baik dan indah. Maka nikmat mana lagi yang telah kudustakan?

Benar, Tuhan. Maka aku memang benar hina, tak pantas dan amat bedosa.

Dan bolehkah Tuhan, aku yang bodoh ini meminta satu saja Tuhan, satu permintaan yang sungguh begitu kuharap bisa menyelamatkan rasa sakitku. Satu permintaan yang mampu menampung semua air mataku, satu permintaan saja Tuhan. Hanya satu saja. Bolehkan?

Satu permintaan itu, Tuhan, adalah satu dari sekian banyak keinginanku. Namun aku mengerti, bahwa demikian buruk aku di dunia, demikian hinanya hingga aku malu untuk menyampaikan semuanya pada-Mu. maka kucukupkan satu, hanya satu yang benar-benar aku tau kelak akan membuatku tenang. Satu untuk kebahagiaan. Tuhan, bukankah aku yang penuh dosa ini masih berhak dan pantas meminta satu saja permintaan? masih boleh kan Tuhan?

Anak perempuanku, Tuhan. Seorang anak yang sangat baik. Sangat manis dan penurut. Hatinya luas dan welas asih. Wajahnya yang bulat menggambarkan tekadnya dalam hidup, penuh keyakinan. Matanya yang bening seperti udara di mandalawangi, sejuk dan menenggelamkan siapapun yang memandangnya. Dan, Ya Tuhan. Dia, anak ku itu, perempuan yang sangat tangguh, Tuhan. Melebihi siapapun. ah, bagaimana aku harus memberitahumu yang Maha mengetahui, bahwa Engkaupun pastilah sudah mengetahui, ia adalah matahari firdausku. kesejukan yang tiada henti bagiku.

Semua menyayanginya, dan kuyakin Engkaupun begitu. Maka Tuhan, satu doa yang ku minta itu untuknya. satu doa yang ku mohon pada-Mu itu atas namanya. Demi Engkau yang telah menciptakan dia dan menitipkannya padaku, aku mohonkan Tuhan. Kabulkankan inginku.

Tuhan, satu doa itu, hanya setetes dari mampuku yang kusanggup. Bahwa akan kuberikan apapun untuk kebahagiaannya termasuk kesakitanku. Bahwa tak ada aral apapun yang mampu membuatku tak mengenangnya termasuk perihku, dan bahwa aku teramat fasih menyebut namanya di tiap malam, sama fasihnya ketika aku bernafas. Ya, Tuhan. benar adanya aku adalah manusia Hina, namun muliakanlah dia. Muliakanlah anakku, Tuhan.

Sudah, hanya itu saja.