Senin, 24 Oktober 2016

Diabetes, Silahkan Pergi!

Ada banyak orang di dunia ini yang menghabiskan banyak waktu untuk mengawasi kesehatan mereka, namun tidak memiliki waktu untuk menikmatinya. 
( Josh Billings ) 


Kenangan dan perspektif adalah modal besar kita dalam hidup. Sejujurnya saya menganggap kedua hal itu sama saja seperti halnya udara dan hidung. Saling berfungsi menggenapi. Saling berjaga untuk kelangsungan hidup seseorang. 

Ayah saya adalah sosok yang kuat dan perkasa. Tubuhnya mampu mengangkat ribuan masalah dan ratusan badai. Sejak saya kecil, tak sedikit saya melihatnya membantu saudara dan kerabat terdekat. Sejak saya masih kanak, pengelihatan saya terbiasa mendapatkan tangannya terkepal dan kokoh untuk suatu urusan. Ia memiliki fisik yang kuat dan tangguh. Setidaknya itu kenangan saya akannya. 

Kenangan itu kini hinggap di hari-hari saya kala melihat dan mendengar kabar tentangnya. Setidaknya kini saya tahu, tak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk kenangan akan kesehatan Ayah saya.

Diabetes melitus( DM ) adalah pensil penghapus yang baik. Perlahan, ia menggerogoti tubuh ayah saya sekali jadi. Berawal dari pola makan dan ( genetika ), Diabetes lantas berteman lebih karib dengan tubuh ayah saya ketimbang kesehatannya sendiri. Tubuh yang awalnya begitu di takuti, begitu di segani penyakit mendadak lemah. Turun dan tak bertenaga. 

Kesehatan tubuhnya sedikit demi sedikit mengabur. Gula darah yang tinggi, disertai hipertensi yang menjulang layaknya gunung merapi, Siap membakar siapapun yang mendekatinya. Tak lama berselang setelahnya, ia bahkan datang bersama gejala Stroke ringan yang akhirnya memakan organ sebelah kiri ayah saya. Kemampuan berfikirnya-pun menurun tajam. Hingga lantas habis di makan Diabetes.

Saya bukan tipikal anak perempuan yang dekat dengan Ayah. Bukan juga model anak yang gampang meraung-raung sedih dengan apa yang terjadi. Saya pemikir, tapi saya mencerna apa yang terlihat dan tak terlihat. Saya adalah saksi di TKP yang tahu bagaimana pola kehidupan ayah saya selain Ibu tentunya. Pola makan yang tak terbendung- bahkan bisa dibilang tanpa filter- juga caranya menjaga kesehatan tubuhnya sungguh merupakan godam besar bagi saya. 

Beberapa saat lalu, Ayah saya mengalami kecelakaan lalu lintas. Dilangsir beliau mengalami keretakan tulang punggung bagian kanan. Setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit, pihak medis menjelaskan bahwa secara medis seharusnya di lakukan pemasangan pen pada tulang yang retak tersebut. Namun dikarenakan gula darahnya yang tinggi, maka mereka merasa ragu untuk melakukannya. Sekali lagi, saya melihat begitu Diabetes telah menjadi penghalang kesehatan Ayah. 

Segalanya tak juga berhenti sampai di situ. Setelah akhirnya metode penyembuhan dengan operasi pemasangan pen urung di lakukan karena Gula darah yang tinggi,lantas solusinya hanya dengan penyanggaan berkala dan secara simultan, Ayah saya mengalami Infeksi yang diakibatkan karena gula darah tinggi pula di bagian kaki kirinya. Masih belum juga berhenti sampai di posisi itu, Diabetes menunjukkan eksistensinya pada infeksi luka itu dengan menggerogoti syaraf tendon telapak kakinya hingga membusuk dan harus di potong. Setelah itu Ayah saya tak bisa menggerakkan telapak kakinya lagi. Kerugian ini laksana hantu yang mengintai bagi saya. 

Segalanya sudah terjadi pada Ayah saya, sudah tidak bisa lagi di kembalikan pada kadar kesembuhan total seperti dulu. Meskipun beberapa program diet telah di terapkan dan di jalani dengan disiplin. Tapi bukan itu permasalahannya, bukan itu kekhawatiran saya yang sesungguhnya. 

Saya dan kedua anak saya. Itulah pola kekhawatiran saya yang melingkar bagai ular di atas bara api. Takut dan cemas, khawatir dan gelisah. Kami memiliki aliran genetikan dengan beliau. Potensi kami tinggi untuk mendapatkan penyakit tersebut. 

"Cegah, Obati, dan Lawan Diabetes " Saya menghayati program itu sama baiknya seperti melihat sendok di depan mata. Selayaknya saya sadar diri, pencegahan sejak dini akan lebih baik dibanding pengobatan intensif setelah menderita.

Yang pertama harus saya lakukan adalah Diet Sehat. Seorang teman saya yang juga berprofesi sebagai dokter mengatakan bahwa bagi penderita Diabetes, diet yang tepat adalah sarana jalan toll menuju kesembuhan. Bahkan yang lebih menakjubkan adalah dengan diet yang berhasil, kemungkinan besar penderita diabetes tidak akan lagi membutuhkan asupan obat apapun. 

Saya menyimpan pesan itu dalam hati. Bagai mutiara yang kotor di dasar lautan, kilaunya hanya akan terlihat jika sudah di gosok dengan tepat dan baik. Saya akan diet, saya ingin sehat sekaligus cantik. 2 keuntungan tersebut saya yakin adalah hasil dari proses diet yang akan menyehatkan sekaligus membahagiakan. Selain itu harapan pun lantas muncul, bahwa diet yang sehat dan baik akan mempropagandakan kesehatan Ayah saya. Beliau akan melihat bagaimana putrinya bisa terhindar dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya dengan berbekal Diet yang baik. 

Kemudian yang kedua, Adalah Olah Raga. Seperti yang kita ketahui, Diabetes adalah penyakit yang muncul karena adanya kelainan metabolik atau gangguan metabolisme tubuh. Tentu saja faktornya banyak, akan membutuhkan lebih dari ber-alinea kalimat untuk menjelaskan ragam faktor diabetes. Namun hanya butuh satu kali penjelasan untuk mengatakan bahwa Olah raga merupakan salah satu faktor penunjang kesembuhan yang sempurna bagi penderita diabetes

Olah Raga adalah sistem aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, baik jasmani maupun rohani. Dengan berolah raga maka kita otomatis akan melatih tubuh untuk bisa secara disiplin mengeluarkan keringat dan secara alamiah mengencangkan metabolisme tubuh dengan baik. Keuntungannya tak sampai pada membuat tubuh sehat, tapi juga menghabiskan waktu secara positif dengan aktivitas yang tak hanya menyehatkan tapi juga menyenangkan. Sesungguhnya bisa menjadikan waktu dengan sistem dan pola yang membahagiakan adalah sebuah cara untuk sehat dari dalam. 

Yang ketiga tentu saja pola makan sehat. Menurut Sample Registration Survey tahun 2014, Diabetes sudah menjadi pembunuh tertinggi ketiga di Indonesia. Tentu saja, salah satu faktor penyebabnya adalah kenyataan bahwa 60% masyarakat Indonesia tidak sadar telah mengidap Diabetes dalam tubuhnya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan Indonesia bisa menjadi negara pada urutan ke 7 tertinggi dengan penyandang Diabetes di dunia. Kesadaran masyarakat Indonesia sangat minim untuk melaksanakan pola makanan sehat. 

Kesadaran awal saya untuk menerapkan Pola makan sehat pada keluarga, berawal dari kesadaran saya saat melihat kenyataan yang ada di lapangan tentang pada Diabetesi ( sebutan untuk penderita diabetes ) termasuk diantaranya adalah Ayah saya. Bahwa sebagian besar dari mereka baru datang ke dokter saat sudah terjadi komplikasi. Sehingga akhirnya, dengan kondisi yang sudah kronis penyembuhan akan semakin berat. sudah selayaknya, kita kooperatif dengan pihak medis saat sudah menyadari bahwa kita berpotensi mengidap diabetes

Saya berpotensi menderita Diabetes, sebab ayah dan sebagian besar keluarganya mengalami hal tersebut. Namun jangan lengah, bahkan bagi siapapun yang tidak menjadi jalur diabetes dari rantai Genetika tetap memiliki potensi terserang hanya dikarenakan pola makan yang tidak sehat. 

3 hal diatas yang saya terapkan merupakan gaya hidup sehat dimana kita bisa berlindung dari Diabetes Melitus. 3 gejala klasik DM yaitu Poliuri ( sering buang air kecil ), Polifagi ( sering merasa lapar ) dan Polidpsi ( sering merasa haus ) , harus kita kenali betul dengan baik. Gaya hidup sehat akan sangat bermanfaat untuk kesehatan kita sendiri. Jika kita bisa hidup dengan sehat dan bahagia, untuk apa justru menjerumuskan diri sendiri dalam lembah penyakit. Jangan abai pada sinyal yang di berikan tubuh kita sendiri. Segera terapkan gaya hidup sehat sedini mungkin, dan rasakan manfaatnya tak hanya pada tubuh tapi juga jiwa dan mental kita yang merangkak naik menjadi lebih baik. 

Lakukan penyelamatan pada diri sendiri dan keluarga kecil, untuk kemudian bisa menyelamatkan bangsa ini. Satu niat kecil untuk melaksanakan pola hidup sehat, akan membawa dampak besar bagi sekitar. Tapi jangan pernah percaya saya ; sebab anda-kalian-kita, harus mencobanya sendiri untuk membuktikannya. 

#lawandiabetes 
Indonesia#lebihbaik


Lomba Penulisan Blogger Hari Kesehatan Sedunia 2016 : Cegah, Obati, Lawan diabetes. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar